“Kamu dilahirkan dengan sayap. Mengapa kamu lebih suka merangkak dalam hidup?” (Jallaludin Rumi)
Oleh; Andi Asryanti Suspitasari Halim
BULUKUMBA, MENARAINDONESIA.com – Saya terharu menyaksikan seorang perempuan yang melunasi setiap pertanyaan dan tantanganyang dihadapinya sendirian.
Sebenarnya, jumlahnya seperdua dari populasi itu adalah angka kecil dibandingkan dengan warisan yang di tapaki dari jejak petualangannya.
Andi Murnyati Makking memberi bukti betapa betapa itu tidak ada artinya jika pengetahuannya hanya digunakan untuk melayani nafsu duniawinya. Dan Calon Wakil Bupati ini juga membuktikan dedikasi seorang perempuan yang bukan melayani basa basi keterbatasan tapi melawan segala bentuk ketidakmungkinan.
Bagaimana sebenarnya peran seorang perempuan dalam sebuah daerahseperti ini?
Negeri yang masih mengabaikan penegakan hak atas perempuan dan meyakini kalau itu bukan pelanggaran, dan hanya sebagai peristiwa politik. Negeri yang menyelenggarakan pembangunan dengan cara pengrusakan terhadap peran perempuan dan penyitaan hak milik perempuan dimana-mana. Negeri yang menyeret demokrasi menjadi arena transaksi, bahkan negeri yang mempertahankan politik dalam bahasa sebegitu rupa serta menempatkan partai politik dan peremouan sebagai pemegang atas kalimat “ketidakberdayaan” melebihi segalanya.
Apa yang tersisa dari seorang perempuan ketika ada usulan untuk tidak memusuhi kekuasaan tetapi menarik jarak yang sejajar terhadapnya?
Sebuah istilah yang kemudian dikemas dengan konsep jalan ketiga. Mampukah seorang perempuan mengambil peran suci seperti itu: berada dalam kekuasaan tanpa dikotori bahkan tetap menjaga kesucian gagasan?
Andi Murniaty Makking menolak deklarasi ini. Baginya negeri ini tak ubahnya seperti sebuah parade orde kesetaraan. Terutama pada momentum kandidasi Pilkada, di mana semua orang takut dan cemas untuk bicara dan mendukung perempuan. bahkan itu untuk dukungan dari perempuan itu sendiri.
Siapa Perempuan Ini?
Sikapnya keras dan berani: tiap ada tekanan pada dirinya, Beliau selalu menggemakannya dengan lantang. Suara Andi Murniaty yang luar biasa bukan ditanggapi tapi dikecam dengan luar biasa. Ibarat peluru maka pandangannya menjatuhkan sasaran dengan cepat dan seketika.
Meskipun saat ini setiap perempuan meremehkan perannya. Beliau bangga menetapkan diri perempuannya sebagai tersangka. Sikap tegas dan berani yang spontan dan agresif membuat dirinya tampil sebagai sahabat kebangkitan warga.
Andi Murnyati seperti pembela yang selama ini ditunggu dan langkanya: warga Bukulumba yang tidak berdiam di dunia yang di sepelekan.
Sosoknya kemudian menjadi-istilah orang Bulukumba- Pilitik. ‘ Perempuan kajili- jili’.
Bukannya beliau mencoba mengembangkan dialog dengan warga Bulukumba-Politik tapi malah menjatuhkan sanksi pembuktian atas keraguan setiap orang. Pembuktian yang agak memalukan dan lebih menampar. Hal tersebut ketika uang menjadi wacana ituma kenapa beliau dikatakan gagal. .
Terpilih mendapatkan tempat sebagai kandidat wakil Bupati memang bukan hal istimewa Baginya. Ribuan orang kini menaruh harapan darinya. Harian yang diambil pun beragam dan sebagian yang mempercainya memilih untuk ‘mengabdi’ pada ketegasannya: menjadi politisi perempuan.
Andi Murnyati kini menjadi sangat istimewa karena pengabdiannya untuk perempuan yang selama ini tidak diberi ruang, dari sudut pandang ini. Baginya kemerdekaan Perempuan merupakan cita-cita yang harus dihormati dan sepantasnya diperjuangkan. Upayanya untuk membongkar keterbatasan dan sentimen bukan lagi menyangkut para pelaku, perempuan tatanan dalam tatanan yang dogmatik. Andi Murnyati Makking merumuskan sosok intelektual Peremouan yang berbeda dengan politisi perempuan pada umumnya.
Dan saat ini. Nasib Andi Murnyati serupa dengan orang Kalimat dogmatis fan Sentimentil pada Perempuan; “dipandang ke dapur, di lihat sebagai ibu rumah tanga dan dicaci saat ingin bangkit. Saat ini beliau adalah musuh dari banyak perempuan Bulukumba sendiri. tapi kami, sahabat ketegasan perempuan Bukukumba yang rindu Sosoknya.
Leave a Reply