Pesta Demokrasi dan Masa Depan Indonesia yang Berkemajuan

Oleh: Muh.Asfar Syam
Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar

MENARAINDONESIA.com-Perhelatan pesta demokrasi 2024 tinggal menghitung hari. Wacana kepemimpinan bangsa kembali didengungkan dengan berbagai intrik yang dikemas dalam visi misi para calon pemimpin bangsa dan negara. Berbagai janji politik yang menjadi pijakan atau bangunan dasar dari “Kontrak Politik” dicurahkan dalam aktivitas kampanye masing-masing Pasangan Calon (Paslon) Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Geliat ini pun semakin dipertajam dalam sesi debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang dikemas dalam lima sesi. Dengan berbagai argumentasi yang “Menggiurkan” diharapakan mampu menaikkan elektabilitas dan daya dukung masyarakat indonesia yang menjadi voters dalam pesta demokrasi tersebut.

Namun dalam perjalanan pesta demokrasi menuju tanggal 14 februari ini, pro kontra telah menjadi konsumsi publik dan dianggap berpotensi mencederai nilai-nilai dari Demokrasi yang mestinya dirayakan dengan riang gembira.

Yahh,, pesta demokrasi menjadi cerminan akan masa depan Indonesia ditengah berbagai dinamika yang terjadi di tanah air. Wajah masa depan Indonesia baik dari segi percaturan dinamika kebangsaan dan keummatan di Indonesia maupun sikap politik Indonesia dalam percaturan geopolitik dunia ditentukan dalam satu hajatan besar yakni pemilihan pemimpin bangsa dan negara.

Hal ini tentunya menarik dimana issu-issu yang berkaitan dengan stabilitas dalam negeri baik ditinjau dari segi politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, pertahanan dan keamanan negara serta sosial budaya telah dipaparkan oleh masing-masing calon. Begitu pun dalam perspektif sikap indonesia dalam lingkup global telah menjadi bagian dari visi strategis masing-masing pasangan calon sebagai bentuk dari “rayuan” mereka terhadap dunia internasional.

Visi Misi dan Rayuan para Calon

Intrik politik yang tertuang dalam visi misi Calon Presiden-Wakil Presiden menjadi nilai tambah dalam upaya memasarkan para calon kepada voters. Berbagai pemikiran terkait kepemimpinan dan juga stabilitas bangsa dan negara menjadi agenda utama yang tertuang dalam visi misi para pasangan calon Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia.

Tiga calon Presiden-Wakil Presiden Republik Indonesia secara terang-terangan memaparkan agenda besar mereka dihadapan 275 juta penduduk Indonesia. Semangat Perubahan dan juga keberlanjutan kepemimpinan menjadi

tranding topik dalam penyampaian visi misi Calon Presiden-Wakil Presiden di berbagai kesempatan.

Dalam terminologi pasangan calon nomor 1 yakni Anis Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), visi misi mereka merupakan anti tesis dari pemerintahan sekarang dibawah Kepemimpinan Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo. Semangat Perubahan menjadi jualan pasangan AMIN dalam berbagai sesi diskusi hingga debat Capres- Cawapres.

Disisi lain, pasangan calon nomor 2 yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadi cerminan dari kepemimpinan Joko Widodo. Konsepsi keberlanjutan menjadi daya jual mengingat visi misi pasangan ini mengarah kepada keberlanjutan agenda pembangunan presiden Joko Widodo. Hilirisasi, penguatan IKN hingga food estate menjadi agenda calon ini dalam semangat keberlanjutan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Sementara pasangan calon nomor 3 yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang awalnya ingin melanjutkan program dan kebijakan Presiden Joko Widodo, akhir-akhir ini justru mengarah kepada semangat pembaharuan kepemimpinan di tanah air. Visi misi pasangan ini lebih mengarah kepada kemajuan teknologi dalam berbagai segmentasi kemajuan bangsa dan negara dimana hal ini dianggap hal yang urgent ditengah tantangan zaman.

Dari visi misi para Pasangan Calon (Paslon) inilah yang kemudian dijadikan jualan para tim sukses dan tim kampanye dalam memasarkan dan menjadikannya sebagai magnet untuk memenangkan calonnya dalam kontestasi pesta demokrasi di Indonesia. Berbagai rayuan dan janji-janji politik baik itu diucapkan secara langsung kepada masyarakat maupun melalui media sosial dilakukan sebagai upaya memenagkan kandidatnya.

Asimetris War dan Ancaman Perpecahan Bangsa

Pesta demokrasi sejatinya dirayakan dengan riang gembira mengingat perhelatan ini dilakukan lima tahun sekali. Perhelatan tersebut seyogyanya menjadi ajang pertarungan gagasan dan pemikiran sebagai bagian dari upaya kemajuan bangsa. Namun, pesta demokrasi ini pun berpotensi menjadi ajang yang memecah belah bangsa indonesia.

Kemajuan teknologi tentunya menjadi bagian dari potensi perpecahan ditengah pesta demokrasi. Wacana yang diumbar dan bahkan dipertontonkan oleh masing- masing calon dan juga tim sukses serta pendukungnya bahkan telah sampai pada aksi saling serang yang berpotensi memecah belah masyarakat Indonesia.

Asimetris War dalam terminologi perang wacana dan gagasan telah menghiasi dinding-dinding media sosial. Bahkan tim cybert dari masing-masing calon seolah olah mempertontonkan kelebihan calonnya dan kelemahan calon yang lain. Secara psykologi, perang wacana ini berdampak terhadap pilihan voters dan juga kemenangan salah satu calon dalam perhelatan Pemilu 2024.

Inilah yang menjadi pemicu keributan antar pendukung. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa terkoyak oleh tindakan oknum tertentu yang menggunakan segala cara dalam memenangkan pasangan calonnya. Hal ini tentunya mesti menjadi perhatian serius ditengah upaya bangsa Indonesia membangun peradaban menjadi bangsa yang disegani dunia.

Indonesia 2035 dan 2045

Sejenak kita kembali pada spirit Kemerdekaan Bangsa Indonesia dimana hal tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD 194 dan juga Lima Sila dalam Pancasila. Lahirnya bangsa Indonesia didasarkan pada semangat penghapusan penjajahan yang dilakukan oleh kaum imperialisme dan kolonialisme serta semangat kemandirian bangsa baik dari perspektif pembangunan infrastruktur maupun suprastruktur.

Tahun 2035 menjadi master plane dari rancangan negara-negara dunia terkait stabilitas global dimana negara-negara dunia memperkuat berbagai dimensi stabilitas dalam negerinya untuk menjadi negara yang diperhitungkan di dunia. Bahkan ditengah pergolakan dunia sekarang ini, tahun 2035 dianggap sebagai tahun terbentuknya poros global baru yang mencoba menghentikan dominasi USA dan Uni Eropa dalam kancah politik dan ekonomi dunia.

Indonesia tentunya akan terlibat dalam percaturan politik dan ekonomi global tersebut mengingat bangsa ini secara geonologinya terbentuk sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas global sesuai yang tertera pada konstitusi Indonesia.

Disisi lain, tahun 2035 tentunya mempengaruhi upaya indonesia menjadi negara maju yang diprediksi akan terwujud di usia emasnya yakni 2045. Hal ini tentunya dapat dilihat dari sudut pandang kemajuan teknologi dan bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Yah, generasi Z dan juga generasi Alpha tentunya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari wacana Indonesia Emas 2045.

Pilpres dan Masa Depan Indonesia

Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi dalam kepemimpinan bangsa, Indonesia dalam konstitusinya menyebutkan bahwa setiap lima tahun sekali akan dilaksanakan Pemilihan Presiden (Pilpres). Tentunya ini menjadi bagian yang penting dalam menentukan arah masa depan bangsa yang sifatnya berkemajuan. Masa depan Indonesia ditengah gejolak dan dinamika bangsa menjadi perhatian serius bukan hanya oleh kalangan politisi saja. Kalangan ekonomi, budayawan, praktisi hukum bahkan kalangan akademisi menjadikan tahun 2024 sebagai sebuah perhatian serius. Pertanyaannya adalah ada apa dengan Pemilu 2024 sehingga hampir seluruh kalangan ikut bersuara dan menyuarakan gagasan serta aspirasinya?

Pertanyaan tersebut tidak terlepas dari nasib masa depan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang. Sebuah negara yang menjadikan Kebinnekaan dan juga Pluralitas sebagai alat pemersatu bangsa tengah menghadapi tantangan dan ancaman serius ditengah pergolakan politik global.

Hal ini mestinya menjadi renungan kita bersama jelang perhelatan pesta demokrasi 14 februari 2024. Perbedaan dalam pilihan adalah sebuah kemestian ditengah kemajemukan bangsa dan bukan menjadi sebab perpecahan yang menghancurkan harapan para pendahulu kita yang berjuang memerdekakan bangsa ini dari belenggu penjajahan dan perbudakan.

Indonesia mesti berbenah dan salah satu cara pembenahan terhadap bangsa ini dilihat dari Pemimpinnya. Indonesia adalah Kapal Besar dimana arah dari Kapal ini tergantung dari Nahkodanya. Pemimpin masa depan adalah mereka yang mampu menjaga stabilitas negaranya dan paham akan sikap bangsanya ditengah percaturan geopilitik global yang semakin mengarah kepada ketidakstabilan.

Spirit Perubahan demi Indonesia Maju dengan tetap meneguhkan nilai-nilai Budaya Bangsa ditengah kemajuan Teknologi Informasi.

Leave a Reply