MAKASSAR,MENARAINDONESIA.com-Seorang pria bernama Libra Pria Sembada (40) melaporkan Wakil Rektor ll UIN Alauddin Wahyuddin Naro ke Polrestabes Makassar atas dugaan penganiayaan.
Motif penganiayaan tersebut terungkap dalam forum mediasi yang diinisiasi Pemerintah Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Kamis (15/09/2022).
Menghadirkan Wahyuddin Naro, warga setempat dan sejumlah pengelola Sekolah Kuttab Al-Fatih. Hadir pula Babinsa, dan Pemerintah Kecamatan Tamalate.
Dalam forum mediasi itu juga terbongkar soal status pendirian sekolah yang sudah lebih setahun beroperasi di samping rumah Wahyuddin Naro ternyata hingga saat ini belum memiliki izin oprasional.
“Sudah lebih satu tahun kami bersabar pak camat, sangat bersabar menghadapi kesemrawutan kendaraan sejak sekolah ini ada,” kata Yuspiani, istri Wahyuddin Naro.
“Kami menunggu pemerintah yang menertibkan tapi ternyata sampai sekarang tidak ada solusinya,” kata mantan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kementerian Agama Sulsel itu.
Yuspiani mengaku, setiap pagi dirinya selalu bersitegang dengan para pengantar anak sekolah yang 99 persen muridnya berdomisili jauh dari Jalan Sultan Alauddin.
“Kemarin pagi (hari Selasa) kejadian itu terulang lagi, saya harus antri di depan rumah untuk keluar karena kendaraan pengantar siswa hampir semua terburu-buru maka saya harus menahan untuk akses mobil saya keluar dari garasi, tapi diklakson bertubi-tubi, dan saya bilang sabar karena saya juga harus presensi pagi-pagi,” ungkapnya.
Masalah itu pun dikonfirmasi Yuspiani ke pengelola sekolah Kuttab Al-Fatih untuk mendapatkan solusi tapi malah mendapat jawaban yang tidak mengenakkan.
“Saya disalahkan karena naik mobil di depan rumah sendiri, saya disuruh banyak istitghfar. Saya dibilangin, Istighfar ibu, perbaiki salatnya ibu,” ucap Wakil Ketua Pengurus Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulsel itu menirukan perkataan pengelola sekolah.
“Saya emosi pak camat, karena tujuan saya sangat baik hanya akan menyampaikan supaya para pengantar siswa itu tertib dan menghargai warga,” tambahnya.
Yuspiani melanjutkan, tidak lama kemudian ada seorang pria berpakaian Dinas Provinsi Sulsel Rusidi Muhammad datang dan berkata “Saya ini penyidik ASN”.
“Saya langsung emosi pak Camat, saya jawab kalau kamu penyidik lalu mau apa,” kata Yuspiani menirukan kembali perkataanya waktu di lokasi kejadian.
Dari kejadian ini, datanglah orang tua siswa sekitar 6-7 orang. Anak Yusipani pun turun dari mobil dan minta dirinya balik.
“Anak saya turun dari mobil dan meminta saya pulang ke rumah, nanti saya yang selesaikan kata anak saya, Rusidi Muhammad si penyidik ASN itu lalu berteriak menyelesaikan apa? anak saya emosi dan terjadi adu mulut,”terangnya.
“Tiba-tiba ada orang dari belakang mendorong saya sampai terjatuh, ketika saya terbangun tangan anak saya sudah dipegang orang berkacamata dan yang lainnya memukul anak saya,” sambung Yuspiani.
“Saya berteriak sampai supir di rumah datang menolong,” ungkap mantan Kepala Biro AAKK UIN Alauddin Makassar itu.
Mendengar keributan di depan rumahnya Wahyuddin Naro langsung keluar rumah dan mendatangi kerumunan.
“Orang yang memegang tangan anak saya tadi langsung ditampar,” ujranya.
Atas kejadian ini dan terjadi dugaan penganiayaan Wahyuddin Naro dilaporkan ke polisi. Namun dari pihak Wahyuddin juga melaporkan perlakuan penganiayaan terhadap keluarganya.
Dalam forum mediasi itu, warga setempat meminta sekolah Kuttab Al-Fatih ditutup dengan alasan belum mengantongi izin membangun sekolah. Begitu juga disampaikan oleh pihak kelurahan dan kecamatan.
“Saya meminta pihak sekolah, untuk sementara tidak melaksanakan proses pembelajaran sebelum ada pembaharuan izin membangun sekolah. Karena izin yang ada ini, bukan membangun sekolah, tapi izin membangun rumah tinggal,” jelas Babinsa Kelurahan Mangasa Alim Bakhri.
Leave a Reply