MAKASSSAR,MENARAINDONESIA.com-Kegiatan Rembuk Pemuda yang diselenggarakan Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), di Nipah Mall, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar, Minggu (31/07/2022) kemarin, menghadirkan Akademisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Ir Muhammad Farid S Pd MT PhD IPM ASEAN Eng, sebagai salah satu narasumber.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan budaya politik santun untuk memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara itu, Muhammad Farid menjelaskan bahwa dalam sejarah yang panjang, peran pemuda dalam perpolitikan Indonesia telah mengalami dialektika dengan berbagai konteks sosio-kultural yang dihadapinya.
“Hal itu jauh sebelum Indonesia merdeka, pemuda telah memperlihatkan partisipasi politik yang tinggi sebagai manifestasi dari keinginan untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat,” jelasnya.
Menurutnya, memotret peran dan partisipasi politik kaum muda dalam pentas perpolitikan Indonesia sangat penting bagi upaya mencari jalan sebagai upaya memahami eksistensi politik kaum muda.
“Bagaimana kaum muda semestinya berkiprah dalam politik Indonesia? Lalu konsep etika atau moralitas seperti yang semestinya dimiliki sebagai modal dalam
berpolitik? Persoalan etika politik sudah merupakan persoalan universal yang dibicarakan manusia sejak dahulu hingga dewasa ini.
Di Indonesia, beberapa daerah memiliki konsep sendiri mengenai etika atau norma-norma sosial yang dikaitkan dengan kekuasaan politik. Norma sosial orang Sulawesi barangkali berbeda dengan norma sosial orang Jawa.
“Tentu dengan politik yang mengedepankan nilai-nilai etis dan memberi manfaat untuk kesejahteraan masyarakat wajib untuk dilakukan oleh kaum muda, apalagi di Sulsel ini,” katanya.
Sekretaris Lembaga Inovasi dan Pengembangan Kewirausahaan (LIPK) UNM ini mengurai sebuah fakta yang sering terjadi di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan minimnya minat generasi muda untuk berpatisipasi aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hal tersebut menurutnya diakibatkan oleh biaya politik yang mahal.
“Fenomena di masyarakat menggambarkan betapa besar “Cost Politics” untuk menjadi politisi. Sehingga menyebabkan kurangnya minat pemuda berkiprah di dunia politik, ini bahaya,” Urainya
Dia berharap KNPI setiap tingkatan bersama OKP bisa membuat project sebelum memasuki tahun politik. Program yang benar-benar bisa menjembatani para kaum muda yang ingin terjun di dunia politik dan memberi harapan baru kepada generasi selanjutnya bahwa politik tidak selalu berbicara tentang “money politics”.
“KNPI Sulsel bisa membuat pilot project untuk mengidentifikasi tokoh pemuda yang bisa sukses di bidang Politik menjadi anggota legislatif dengan modal sosial dan mengabaikan “money politics”. Sehingga hal ini akan menjadi “role model” untuk menginspirasi pemuda lainnya berminat berkiprah di dunia politik” Tegasnya
Kedepan baginya, pemuda diharapkan lebih adaptif terhadap perubahan dan inovatif dalam menawarkan ide dan program yang dibutuhkan masyarakat. (*)
Leave a Reply